SejakKH Hasyim Asy'ari wafat pada tahun 1947, jabatan Rais Akbar dihapuskan, diganti dengan Rais 'Aam. Posisi itu dijabat oleh KH Abdul Wahab Hasbullah, di mana K.H. Bisri Syansuri ditetapkan sebagai wakilnya. Tahun 1971 ia menggantikan KH Abdul Wahab Hasbullah sebagai Rais 'Aam sampai akhir hayatnya. Komite HijazDaftar Isi 1. Riwayat Hidup dan Wafat 2. Sanad Ilmu dan Pendidikan Guru-guru 3. Perjalanan Hidup dan Sekilas Tentang KH. Azizi Hasbullah 4. Referensi 1. Riwayat Hidup dan Keluarga LahirKH. Azizi Hasbullah lahir di Malang, 24 Mei 1968. WafatKH. Azizi Hasbullah wafat di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung. Beliau mengalami kecelakan di Tol Cipali dalam perjalanan dari Blitar menuju Pondok Pesantren Al-Muhajirin, Purwakarta, Jawa Barat, pada hari Sabtu, 06 Mei 2023, dalam rangka menghadiri acara Bahtsul Masail Nasional. Kecelakan yang dialami, menyebabkan beliau mengalami patah tulang. Beliau sempat dirawat selama dua pekan di Rumah Sakit Hasan Sadikin. Tapi Allah SWT telah menentukan takdir. Tepat pada hari Ahad, 21 Mei 2023, KH. Azizi Hasbullah berpulang ke rahmatullah. 2. Sanad Ilmu dan Pendidikan Sebelum berangkat ke Pesantren Lirboyo, beliau sempat mengenyam Pendidikan dasar di MI Miftahul Ulum, Urek-urek, Gondanglegi, Malang pada tahun 1981. Kemudian beliau melanjutkan pendidikannya untuk mendalami ilmu agama di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, yang ketika itu masih diasuh oleh KH. Mahrus Ali dan KH. Ahmad Idris Marzuqi. Kyai Azizi memang berlatar belakang dari keluarga yang kurang berada. Meski demikian beliau tidak pernah berputus asa. Tekad beliau untuk tetap mondok di Lirboyo sangat kuat. Karena keadaan yang demikian itu, beliau berinisiatif agar bisa tetap nyantri di Lirboyo dengan memilih menjadi ndalem Kyai pengasuh Pesantren Lirboyo. Dalam tradisi Pesantren, ndalem merupakan tradisi yang dijalani dengan rasa khidmah, pengabdian, dalam membantu berbagai hal yang dibutuhkan sang Kyai. Sebagaimana banyak dilakukan di pelbagai Pesantren, khususnya Pesantren Salaf. Banyak hal yang dilakukan dalam tradisi ndalem, misalnya; menjaga toko kitab, warung/kantin, memasak, mengurus sawah, atau mengurus binatang ternak, dan sebagainya. Meski demikian, dalam melakukan banyak hal ini, biasanya tetap dilakukan di luar jam wajib sekolah dan ngaji wajib. Sehingga, santri ndalem tetap bisa belajar secara sungguh-sungguh dan mengikuti pelajaran sekolah. Demikian pula yang tempo hari dilakukan oleh KH. Azizi Hasbullah. Pasalnya, dalam melakukan tradisi ini, beliau bisa mendapatkan gratis sekolah dan tetap tinggal di Pesantren, serta mendapatkan kebutuhan makan-minum dan kebutuhan sehari-hari. Konon, Kyai Azizi pernah mendapatkan tugas dalam pengabdiannya itu untuk mengurus sapi-sapi milik keluarga Almaghfurlah Romo KH. Ahmad Idris Marzuqi, pengasuh Pesantren Lirboyo generasi ketiga. Semasa menjadi santri, Kyai Azizi sibuk mencari rumput, memberi makan-minum, dan membersihkan kandang sapi serta memandikan sapi-sapi. Kesederhanan beliau tak bisa dipungkiri. Beliau adalah sosok santri yang sangat sederhana. Sejak menjadi santri sampai menjadi guru, beliau tak keberatan untuk bertempat di sebuah gubuk yang terbuat dari bambu dan jerami yang berada tidak jauh dari kandang sapi. Meski sibuk ndalem mengurus sapi-sapi yang cukup menyita waktu dan menguras tenaga, tetapi Kiyai Azizi menjadi siswa yang paling menonjol kemampuan hafalan, pemahaman, mental, dan artikulasinya. Beliau selalu menjadi ketua musyawarah kitab, dan aktivis serta santri bahtsul masail pilih prestasi beliau yang luar biasa inilah, banyak santri yang mengaguminya. Tak terkecuali keluarga para pengasuh Pesantren Lirboyo. Tidak ada yang meragukan bahwa Kiyai Azizi merupakan tokoh fenomenal, yang menginspirasi banyak santri. Bahkan tidak jarang orang yang menjuluki beliau sebagai “Macan Lirboyo” atau “Pendekar Fiqih Lirboyo”.Sanad keilmuan beliau bersambung kepada KH. Mahrus Ali, KH. Ahmad Idris Marzuki, dan para Masyayikh Pesantren Lirboyo. Guru-guru beliau KH. Mahrus Ali KH. Ahmad Idris Marzuki Para Masyayikh Pondok Pesantren Lirboyo, di zamannya 3. Perjalanan Hidup dan Dakwah Sekilas Tentang KH. Azizi HasbullahKiai Azizi atau yang bernama lengkap KH Azizi Hasbulloh Pengasuh Pondok Pesantren Barran, Selopuro, Blitar, Jawa Timur. Beliau adalah sosok Faqih atau ahli fikih Nusantara yang sangat inspiratif. Tabahhur atau kedalaman penguasanya atas ilmu-ilmu syariat; fiqh, ushul fiqh, akidah, tasawuf dan lainnya mendapatkan apresiasi luas dari para Kiyai lain, bahkan di kalangan para Masyayikh di Pondok Pesantren Lirboyo. Menurut Dr. Ali Mukti Qusyairi, Kiyai Azizi adalah cendekiwan Pesantren yang memiliki karakter kuat, yang terbuka, tegas dan lugas dalam berdiskusi dan adu argumentasi dalam forum-forum bahtsul masail pesantren dan Nahdlatul Ulama NU. Dalam banyak forum, seperti di Lirboyo, Forum Musyawarah Pondok Pesantren FMPP Se-Jawa Madura, Bahtsul Masail Syuriyah PWNU Jawa Timur, dan forum-forum Bahtsul Masail PBNU, beliau seringkali membuat orang-orang yang terlibat di dalam diskusi tak dapat melupakan sosok beliau, yang sangat kuat secara referensi dan kokoh dalam idrak atau analisis kasus-kasus kontemporer waqi’ah haditsah. Banyak orang bersaksi bahwa KH. Azizi Hasbullah adalah orang yang sangat baik, dan termasuk orang yang bisa disebut Mukhlis. Beliau menjalani totalitas hidupnya untuk mengaji dan mengajar kitab kuning, membimbing santri dalam agenda bahtsul masail dengan elegan, memberi rumusan keagamaan yang bernas, baik dalam level bahtsul masail pesantren Lirboyo, antar Pesantren, NU di berbagai level dari ranting, wilayah sampai PBNU. Kyai Azizi merupakan contoh seorang tokoh yang diangkat derajatnya oleh Allah karena ilmunya. Sebagai sosok seorang santri, beliau menjadi contoh teladan santri yang menggabungkan antara semangat belajar dan semangat khidmah. Meski beliau sangat sibuk melaksanakan tugas-tugas sebagai khodim Kiyai, tapi kesibukan itu sama sekali tidak menyebabkan beliau bermalas-malasan dalam belajar. Beliau menguasai banyak fan ilmu. Di antaranya adalah; fiqih, ushul fiqih, nahwu, balaghah, dan tafsir. Selain itu beliau juga piawai dalam menerapkan teori ilhaq, yakni teori yang menganalogikan persoalan kontemporer kepada persoalan yang ada dalam narasi kitab kuning yang berbeda tapi mengandung titik persamaan yang dapat menyatukan dan mengerucut pada hukum yang sama. Jelas sekali, bahwa hidup beliau penuh manfaat dan keberkahan yang dirasakan oleh banyak orang. Baik santri maupun kalangan orang biasa, merasakan dan mengagumi keluasan dan kedalamam ilmu beliau. Terdapat satu pernyatan menarik KH. Azizi dalam sebuah wawancara penelitian skripsi, Zuhdi Masruri. Beliau menyatakan bahwa “tradisi jangan sampai dihilangkan, tetapi disesuaikan dengan syariat, karena dalam bermsyarakat mau tidak mau kita hidup berdampingan dengan tradisi. Nah, orang menggunakan tradisi atau kebiasaan silahkan itukan mitos, kalau dia ragu jangan sampai melakukan, tetapi jangan sampai meyakini bahwa tidak ada waktu hari itu baik atau jelek yang menyebabkan malapetaka. Waktu menjadi jelek apabila digunakan untuk maksiat, dan menjadi baik ketika kita berbuat kebaikan. Hanya saja kita menghindar untuk melakukan tradisi tersebut karena sebagaian dari akhlak yaitu menyesuaikan budaya dan tradisi selama tidak bertentangan dengan syariat. Rasulullah menegaskan bagaimana cara bermasyarakat dengan baik; wa khaliqin nasa bi khuluqin hasanin’, dan bergaullah bersama orang lain dengan akhlak yang baik. Ketika Sayyidina Ali ditanya pendapat soal hadis ini oleh para Sahabat lain, beliau menjawab silakan adaptasi dengan tradisi selama tidak bertabrakan dengan syariat’.” Al-Fatihah teruntuk KH. Azizi Hasbullah. Semoga beliau mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT. 4. Referensi Diolah dan dikembangkan dari data-data yang dimuat di situs resmi Hasil wawancara penelitian skripsi yang ditulis oleh Zuhdi Masruri UIN SATU Tulung Agung, Tradisi Larangan Pernikahan Pada Bulan Muharram Dalam Perspektif Tokoh Nahdlatul Ulama Nu Dan Tokoh Adat Di Kecamatan Selopuro Kabupaten Blitar, KHFahru rozi aziz. Biografi KH Munawir Krapyak jogya. Biografi KH. M. Munawir Krapyak Yogyakarta. Posted on 30/03/2013 by Musthofa. 14. KH. Hasbullah (Wonokromo - Yogyakarta) 15. Kyai Muhyiddin (Jejeran - Yogyakarta) 16. Haji Mahfudz (Purworejo)
Tiada rasa kehilangan teramat dalam selain berpulangnya guru kita, kiai kita, seorang yang berjasa tiada tara mengajar dan mendidik kita dengan ilmu, doa dan keberkahannya. Hari ini Ahad, 21 Mei 2023, guru kita Romo KH Azizi Hasbullah, seorang pendekar fiqih Lirboyo Kediri dan pengurus PBNU wafat di RS Hasan Sadikin Bandung. Duka teramat dalam. Kami bersaksi beliau adalah orang baik, baik sekali, tergolong mukhlishin, totalitas hidupnya untuk mengaji dan mengajar kitab kuning, membimbing santri dalam berbahtsul masail dengan elegan, memberi rumusan keagamaan yang bernas baik dalam level bahtsul masail pesantren Lirboyo, antar pesantren, NU di berbagai level dari ranting, wilayah sampai PBNU. Semoga amal ibadah, amal baik, dedikasi, khidmah, dan segala kebajikannya diterima oleh Allah dan diberi ampunan atas kehilafannya. Amin. Lahu al-fatihah... Sebagai murid, saya ingin menulis sekilas tentang beliau sependek yang saya tahu. Karena bagi saya, beliau adalah tokoh penting. Santri ndalem Sejak semula saya nyantri di Lirboyo, nama Romo KH Azizi Hasbullah-selanjutnya disebut Kiai Azizi-sudah menjadi buah bibir dan tema tersendiri dalam obrolan-obrolan warung kopi para santri. Pasalnya, di dalam diri Kiai Azizi ada anomali atau ketidaknormalan yang mengejutkan bagi publik santri. Syahdan, Kiai Azizi dari keluarga yang kurang berada, sehingga agar bisa nyantri di Lirboyo dengan memilih menjadi ndalem kiai pengasuh Pesantren Lirboyo. Lantaran dengan memilih menjadi ndalem, ia bisa gratis sekolah dan mesantren serta mendapatkan kebutuhan makan-minum serta kebutuhan sehari-hari. Ndalem merupakan tradisi pesantren. Yaitu kerja-kerja khidmah, pengabdian, dan membantu berbagai hal yang dibutuhkan sang kiai. Misalkan menjaga toko kitab, warung/kantin, memasak, mengurus sawah, atau mengurus binatang ternak, dan lain-lain. Akan tetapi kerja-kerja itu dilakukan di luar jam wajib sekolah dan ngaji wajib. Kiai Azizi konon mendapatkan pengabdian di bidang mengurus sapi-sapi milik keluarga almaghfurlah Romo KH Ahmad Idris Marzuqi, pengasuh Pesantren Lirboyo generasi ketiga. Semasa menjadi santri, Kiai Azizi sibuk mencari rumput, memberi makan-minum, dan membersihkan kandang sapi serta memandikan sapi-sapi. Kadang-kandang sapi berada di samping pesantren. Kiai Azizi pun semasa menjadi santri sampai menjadi guru kami, kiai kami, hidup dan mukim di sebuah gubuk terbuat dari bambu dan jerami yang berada tidak jauh dari kandang sapi. Meski sibuk ndalem mengurus sapi-sapi yang cukup menyita waktu dan menguras tenaga, tetapi Kiyai Azizi menjadi siswa yang paling menonjol kemampuan hafalan, pemahaman, mental, dan artikulasinya. Beliau selalu menjadi rais 'aam, ketua musyawarah kitab, dan aktivis serta santri bahtsul masail pilih tanding. Itulah yang dikagumi oleh publik santri. Sembari bertanya-tanya, mana mungkin dalam waktu bersamaan sibuk luar biasa ndalem ngurus sapi dan menjadi siswa yang paling menonjol? Ada yang bergumam, "ini anomali, gak normal!" Ada yang bilang, "jenius!" Ada yang bilang dengan bahasa agak intelek, "out of the box!" Semua mengagumi. Di Lirboyo, Kiai Azizi menjadi tokoh fenomenal sejak menjadi santri hingga detik ini. Banyak yang menjuluki "Macan Lirboyo!" Saya pun mengaguminya. Fans berat. Meski selain beliau, ada tokoh-tokoh di dalam Lirboyo yang saya kagumi seperti di antaranya yaitu Gus KH Ishomuddin Adziq, Pak Kiai Rosichun Zaka, Pak Kiai Ali Musthofa, Pak KH Saiful Islam. Bahtsul Masail Ketika saya masih ibtidaiyah, suka menonton dan mendengarkan Kiai Azizi sedang menjelaskan rumusan dalam perhelatan bahtsul masail yang di adakan di Serambi Masjid. Ketika tsanawiyah baru bisa ikut belajar bahtsul masail dan musyawarah kitab Fathul Qarib lintas kelas tsanawiyah dan aliyah. Dewan perumusnya di antaranya Kiai Azizi, Pak KH Ali Musthofa, dan lain-lain. Ketika beliau menjelaskan, saya pasang kuping dengan lebar. Rasanya senang sekali bisa dibimbing sang maestro bahtsul masail. Semula saya terkaget-kaget, kok bisa Kiai Azizi dalam merumuskan jawaban persoalan dengan memasukkan pada bab kitab fiqih yang sepertinya kurang nyambung tapi memang itu jawabannya. Pelan-pelan saya amati, dan setelah kelas tiga tsanawiyah dan sudah lumayan banyak baca kitab-kitab kuning seperti Bujayrami 'ala al-Khathim Syarah Iqna, di sekolah juga belajar Fathul Mu'in dengan Syarah I'anat al-Thalibib dan Tarsyikhul Mustafidin, Hasyiyah Syarwani Sayah Tuhfatul Muhtaj pemberian kakak saya Qurratul 'Ain beli ketika haji, dan lain-lain. Serta rajin mencatat 'ibarat-'ibarat/penjelasan kitab yang penting. Saya baru memahami, ya memang ada banyak persoalan yang di bahas di bab kitab fikih yang terlihat tidak nyambuh tetapi sebetulnya terkait. Karena kitab fiqih dalam pengebaban sudah baku. Itu-itu saja babnya. Misalkan ubudiyah, munakahat, mu'amalat, dan jinayat. Bagi yang biasa membaca buku modern pasti akan bingung mencari jawaban dari kitab kuning. Sebab buku modern ditulis secara spesifik dan tematik serta kasuistik/masalah per masalah. Sedangkan kitab kuning tidak ditulis secara tematik dan spesifik. Kita tidak akan menemukan tema tahlilan atau sedekah yang pahalanya untuk mayat, tapi kita akan menemukannya di bab janazah, dan lain-lain. Akan tetapi terkadang ketika tidak ditemukan jawaban secara literalis dalam kitab kuning, Kiai Azizi memberi rumusan dengan teori ilhaq, menganalogikan persoalan kontemporer kepada persoalan yang ada dalam narasi kitab kuning yang berbeda tapi mengandung titik persamaan yang dapat menyatukan dan mengerucut pada hukum yang sama. Kursus Ketika tiba saatnya di sekolah MHM Madrasah Hidayatul Mubtadiin Lirboyo saya mendapati materi kitab ushul fikih Waraqat, disusul Tashil al-Thuruqat, dan Lubbul Ushul. Kakak kelasku, Kang H Said Salim-yang saat ini menjadi kakak ipar-menitipkan saya ke Kiai Azizi untuk ikut kursus kitab ushul fiqih. Karena Kang H Said saat itu mau boyong tamatan. Kami sowan dengan membawa gula batu dan teh upet khas Cirebon. Sejak saat itu saya aktif kursus ushul fiqih kitab Lubul Ushul bersama Kiai Azizi di biliknya yang terbuat dari bambu dan jerami itu. Biasa kita menyebutnya "gedeg". Saya masih terngiang cara beliau menjelaskan. Menjelaskan pengertian dari kata per kata yang ada di dalam kitab. Sejujurnya saya baru bisa memahami ushul fiqih berkat kursus dengan Kiai Azizi. Sehingga ketika beranjak naik kelas Aliyah menjumpai kitab Jam'u al-Jawami 2 jilid, saya merasa agak ringan karena ada modal kurus kitab Lubul Ushul bersama Kiai Azizi. Buku Ketika Aliyah, tahun 1998-2000. Di saat saya sedang gandrung membaca buku-buku pemikir muslim Indonesia maupun Timur Tengah bahkan Barat, sembari saya terkadang nulis di Majalah dinding Lirboyo dan menjadi Sekjen Bahtsul Masail Kelas Aliyah. Saya sowan ke Kiai Azizi dengan tujuan mengkopi makalah-makalah beliau. Beliau memberikannya. Lalu makalah-makalah itu saya ketik ulang di tempat rental komputer di Kota Kediri dan saya simpan di disket. Saat itu belum ada flashdisk. Saya edit dan kasih pengantar kajian atas tulisan-tulisan beliau. Jadilah buku yang diberi judul "Kontekstualisasi Doktrin Fikih Islam". Buku itu diterbitkan dan dicetak oleh kami bersama teman sekelas, Fajar Mukhlasin Nur ketua kelas yang juga orang Malang, Bustomi, dan lain-lain. Dananya iuran. Buku itu kita jual habis ketika diluncurkan dan dibedah oleh penulisnya langsung Kiai Azizi Hasbullah. Karena Kiai Azizi adalah magnet dan idola para santri Lirboyo, sehingga tak butuh waktu lama menghabiskan buku itu. Setelah uang hasil penjualan buku terkumpul, labanya kami berikan kepada Kiai Azizi sebagai penulis dan modal dikembalikan ke teman-teman sambil mayoran terong. Mensyukuri kesuksesan buku. Pemikiran Tahun 1998-2000, Lirboyo sedang dekat sekali dengan Gus Dur. Saya ingat betul Gus Dur sering sekali berkunjung ke Lirboyo. Kadang datang bersama pengurus PKB seperti Prof Dr Alwi Shihab, dan lain-lain. Pemikiran Kiai Azizi dalam merumuskan jawaban bahtsul masail atau dalam tulisan-tulisan dalam buku "Kontekstualisasi Doktrin Fikih Islam" adalah moderat, toleran, kebangsaan, NKRI, dan wathaniyah nasionalis. Pada saat itu saya sempat terbersit di benak sebuah pertanyaan, "apakah pemikiran Kiai Azizi itu terpengaruh oleh pemikiran Gus Dur atau outentik?" Pertanyaan itu terjawab dengan tiga hal. Pertama, Kiai Azizi dalam membangun argumentasi dengan basis narasi fiqih kitab kuning. Kedua, Kiai Azizi ahli fiqih dan saban harinya berjibaku dengan kitab kuning dan bahtsul masail. Ketiga, santri original dan tanpa sekolah atau kuliyah di kampus. Karena itu, saya berkesimpulan bahwa pemikiran Kiai Azizi adalah outentik dan memiliki keunikan tersendiri. Belakangan Lirboyo terdapat Ma'had Aly yang spesialisasinya adalah Fikih Kebangsaan, di mana Kiyai Azizi adalah salah satu tokoh sentralnya. Sebagai murid. Pada tahun 2021, kami pernah mengundang beliau bersama Kiai Zahro Wardi untuk menjadi perumus LBM PWNU DKI Jakarta. Dan bersedia datang. Betul-betul datang ke Jakarta. Kami senang sekali. Terasa mendapatkan keberkahan dan wawasan yang luar biasa. Mukti Ali Qusyairi, alumni Pesantren Lirboyo Kediri dan Ketua LBM PWNU DKI Jakarta
KH. Abdul Wahab Hasbullah (lahir di Jombang, 31 Maret 1888 - meninggal 29 Desember 1971 pada umur 83 tahun) adalah seorang ulama pendiri Nahdatul Ulama.KH Abdul Wahab Hasbullah adalah seorang ulama yang berpandangan modern, da'wah beliau dimulai dengan mendirikan media massa atau surat kabar, yaitu harian umum "Soeara Nahdlatul Oelama" atau Soeara NO dan Berita Nahdlatul Ulama.
Jakarta, NU Online Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama PBNU KH Azizi Hasbullah wafat pada Ahad pagi 21/5/2023. Almarhum adalah sosok yang dikagumi oleh banyak kalangan karena kealimannya dalam beberapa aspek. Seperti ilmu fiqih, ushul fiqih, aqidah, dan tasawuf. Salah satu orang yang menjadi saksi atas kealiman almarhum adalah Ahmad Muntaha. Ia dengan almarhum seringkali bertemu dan menyimak penyampaian-penyampaiannya dalam satu forum bahtsul masail. Ahmad Muntaha menyampaikan bahwa KH Azizi Hasbullah adalah sosok ahli fiqih yang inspiratif di kalangan para tokoh kiai yang lain. "Kiai Azizi atau yang bernama lengkap KH Azizi Hasbullah, Pengasuh Pondok Pesantren Barran Selopuro Blitar, Jawa Timur, bagi saya merupakan sosok faqih atau ahli fiqih Nusantara yang inspiratif," katanya. Tidak saja dirinya, ia menegaskan bahwa kedalaman penguasaannya atas ilmu-ilmu syariat mendapatkan apresiasi luas dari Kiai-kiai lain, termasuk di kalangan para masyayikh di Pondok Pesantren Lirboyo. "Sejak mengenal dan mengaji kitab Tausyih ala Ibnul Qasim karya Syekh Muhammad Nawawi Banten kepadanya pada tahun 2001 di Rumah Tua Lirboyo, hingga bermu’amalah dengannya secara langsung hingga sekarang, tak hentinya saya mendapat inspirasi dan keteladanan secara terus-menerus mengaji, mengkaji, dan meng-upgrade study keilmuan Islam," ungkapnya. Almarhum Kiai Azizi adalah sosok faqih yang terbuka terbuka, tegas dan luas dalam berdiskusi adu argumentasi dalam forum-forum bahtsul masail pesantren dan NU, seperti di Lirboyo, Forum Musyawarah Pondok Pesantren FMPP se-Jawa Madura, Bahtsul Masail Syuriyah PWNU Jawa Timur, dan forum-forum bahtsul masail PBNU. "Orang-orang yang terlibat tak dapat melupakan sosoknya, yang sangat kuat secara referensi dan kokoh dalam idrak atau analisis kasus-kasus kontemporer waqi’ah haditsah," terangnya. Ia menceritakan saat satu majelis seminar dan bedah buku seperti di Oku Timur Sumatera Selatan, Sampang dan Pamekasan Madura, dan yang terakhir di Mlangi Yogyakarta, kepiawaian santri kinasih KH Ahmad Idris Marzuki Lirboyo ini dalam menyajikan materi-materi berat dengan bahasa dan gaya bebas, juga membuat para audiens enggan beranjak dari majelis meski sudah menghabiskan waktu berjam-jam. "Apalagi bila forum sudah memasuki acara tanya jawab yang semakin mengeksplor keluasan ilmunya," tuturnya. Kendati demikian, sosok almarhum KH Azizi Hasbullah ini low profile dan egaliter. Hal ini membuatnya tidak sungkan untuk istifadah mengujikan ide-ide kepadanya. "Mulai beberapa bagian isu tentang rumusan Islam Nusantara PWNU Jawa Timur, Fiqih Kebangsaan karya Himpunan Alumni Santri Lirboyo HIMASAL, dan rumusan Relasi Sosial Muslim dan non-Muslim perspektif Nahdlatul Ulama," pungkasnya. Pewarta Syamsul Arifin Editor Syakir NFKiaiHaji Abdul Wahab Hasbullah (KH Abdul Wahab Chasbullah Kyai Wahab) adalah seorang ulama pendiri Nahdatul Ulama. KH Abdul Wahab Hasbu- KH Azizi Hasbullah, Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdatul Ulama PBNU meninggal dunia, Minggu 21/5/2023. KH Azizi Hasbullah meninggal pada pukul WIB. KH Azizi Hasbullah sempat mendapatkan perawatan intensif selama hampir 3 pekan, usai kecelakaan maut pada 6 Mei 2023. Kiai Azizi Hasbullah menghembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit RS Hasan Sadikin, Bandung. Diketahui kecelakaan maut tersebut juga turut merenggut jiwa sang sopirnya. Jenazah Almarhum Pengasuh Ponpes Baran, Selopuro, Blitar itu telah dibawa ke kampung halamannya di Dukuh Barran, Kasim, Selopuro, Blitar. Kabar duka, KH Azizi Hasbullah, Rais PBNU meninggal seusai dirawat lantaran mengalami kecelakaan di Tol Cipali. istimewa/instagram NU Jatim Baca juga Kabar Duka Rais PBNU KH Azizi Hasbullah Meninggal seusai Terlibat Kecelakaan di Tol Cipali Sosok KH Azizi Hasbullah KH Azizi Hasbullah masuk dalam pengurus PBNU masa khidmat 2022-2027. Hal tersebut berdasarkan Surat Keputusan PBNU nomor 01/ Kiai Azizi didapuk sebagai Rais Syuriah PBNU. Mengutip instagram nuonline_id, Kiai Azizi adalah Pengasuh Pondok Pesantren Barran Selopuro, Blitar. Dirinya juga dikenal sebagai sosok ahli fikih. Dirinya merupakan santri kinasih dari KH Ahmad Idris Marzuki Lirboyo. Sosoknya dikenal terbuka, tegas dan lugas berdiskusi adu argumentasi dalam forum-forum bahtsul masail pesantren dan NU, seperti di Lirboyo, Forum Musyawarah Pondok Pesantren FMPP se-Jawa Madura, bahtsul masail syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama PWNU Jawa Timur, dan forum bahtsul masail PBNU. BiografiKH. WAHAB HASBULLAH di Tokopedia ∙ Promo Pengguna Baru ∙ Cicilan 0% ∙ Kurir Instan.
Disarikandari Biografi KH. Nawawi Abdul Aziz, Sejarah Hidup Sang Penjaga Al-Qur'an karya Qowim Mustofa dikatakan bahwa Kyai Nawawi yang lahir di Kutoarjo, 25 Dzulhijjah 1343 H /17 Juli 1925 ini, sebelum nyantri di Krapyak, Nawawi kecil belajar kepada ayahandanya, Kyai Abdul Aziz, seorang guru sekaligus petani yang tinggal di kampung.
elm6.